Ahmad Sahroni secara resmi menyatakan dukungannya terhadap usulan Bahlil Lahadalia mengenai pembentukan koalisi permanen.

Bahlil mengajukan gagasan tersebut saat peringatan HUT ke‑61 Partai Golkar di Istora Senayan, di hadapan Prabowo Subianto.
Dalam pidatonya, Bahlil menekankan pentingnya stabilitas pemerintahan lewat koalisi yang tidak berganti-ganti, Mari kita ulas lebih dalam di Politik Ciki.
Landasan Dukungan NasDem
Sahroni tidak hanya menyebut usulan Bahlil sebagai suatu ide biasa, tetapi menegaskan bahwa NasDem telah mendapatkan “perintah” dari Surya Paloh untuk mendukung pemerintahan Presiden Prabowo sampai akhir masa jabatan.
Dia menyebut bahwa arahan ini disampaikan kepada seluruh jajaran NasDem di seluruh Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa posisi NasDem setidaknya secara formal sangat mendukung stabilitas pemerintahan dan bersikap konsisten terhadap koalisi.
Dengan pernyataan itu, dukungan NasDem bukan sekadar sikap pragmatis dari politisi perorangan, melainkan keputusan partai yang merefleksikan arahan pimpinan tertinggi.
Bagi banyak pengamat, ini menandakan bahwa koalisi yang selama ini dianggap fleksibel bisa saja mulai mengarah ke pola kerja sama jangka panjang dan tetap.
Kritikan Terhadap Gagasan Koalisi Permanen
Meski mendapat dukungan dari pihak NasDem, gagasan koalisi permanen bukan tanpa kritik. Ada pengamat politik yang memandang usulan tersebut sebagai sesuatu yang idealistik bahkan utopis dalam konteks sistem presidensial multipartai di Indonesia.
Menurut pandangan mereka, dinamika politik dan realitas persaingan antar partai akan membuat sulit menjaga koalisi permanen tetap solid. Terutama menjelang tahun‑tahun pemilu atau ketika kepentingan partai berubah.
Beberapa pihak juga mempertanyakan momentum pengajuan usulan ini, karena menurut mereka seperti yang disampaikan dari partai lain tidak tepat dibahas di saat ada isu penting lain yang lebih mendesak. Kritik ini menunjukkan bahwa meskipun ada dukungan dari internal koalisi, ide koalisi permanen masih jauh dari kesepakatan bulat.
Baca Juga: DPRD Jabar Jaga Penilaian 10 Calon Daerah Otonom Baru
Oposisi Menjadi Penjamin Stabilitas

Dengan Sahroni mendukung secara terbuka ide koalisi permanen. Posisi NasDem tampak semakin jauh dari citra sebagai partai kritis atau fleksibel. Pilihan untuk mendukung pemerintahan hingga akhir masa jabatan menunjukkan NasDem ingin diposisikan sebagai penjamin stabilitas politik.
Ini bisa membuka peluang bagi partai untuk mendapatkan posisi strategis dalam pemerintahan dan pengaruh lebih besar dalam kebijakan.
Namun di sisi lain, transisi ini juga membawa risiko bagi identitas partai: NasDem bisa dianggap kehilangan independensi atau berubah menjadi partai “part of the machine”, bukan pengecek kekuasaan.
Bagi sebagian konstituen, hal itu bisa menimbulkan kekecewaan jika mereka berharap partai tetap kritis terhadap kebijakan pemerintah.
Politik Indonesia Pasca Usulan
Usulan koalisi permanen dari Bahlil, yang didukung oleh Sahroni dan didasari perintah Surya Paloh. Membuka babak baru dalam konfigurasi politik nasional.
Bila ide ini berhasil diwujudkan, maka pemerintahan saat ini bisa memperoleh stabilitas jangka panjang sesuatu yang bagi pendukungnya akan menjamin kelancaran program dan kesinambungan kebijakan.
Namun realita politik Indonesia yang dinamis, besarnya kepentingan partai, dan kemungkinan perbedaan arah politik di masa mendatang membuat wujud koalisi permanen tetap penuh tanda tanya.
Kritik dari para pakar bahwa gagasan itu utopis tetap relevan. Bagaimanapun, usulan ini telah memicu debat serius tentang bagaimana model koalisi di masa mendatang apakah tetap pragmatis dan fleksibel, atau mulai bergeser ke model “koalisi tetap” demi stabilitas.
Buat kalian yang ingin mendapatkan analisis politik yang tajam dan update terkini, kalian bisa kunjungi Politik Ciki yang dimana akan selalu menyajikan berita dan opini terpercaya seputar dinamika politik Indonesia dan dunia.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Utama dari www.detik.com
- Gambar Kedua dari www.cnnindonesia.com