Menjadi sorotan tajam yang menimbulkan runtuhnya kredibilitas UGM dan integritas salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia ini.
Mosi tak percaya yang dilayangkan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM KM UGM) terhadap rektor dan pimpinan kampus.Konflik ini tidak hanya mencerminkan ketegangan antara mahasiswa dan pihak kampus, tetapi juga menandai krisis kepercayaan yang mendalam.
Dibawah ini Politik Ciki akan membahas independensi dan peran UGM sebagai institusi pendidikan yang seharusnya menjadi benteng kritis bagi masyarakat.
Latar Belakang Mosi Tak Percaya Mahasiswa UGM
BEM KM UGM resmi menyatakan mosi tidak percaya kepada Rektor UGM, Ova Emilia, dengan berbagai alasan yang mendasari ketidakpuasan mereka. Salah satu alasan utama adalah kedekatan rektor beserta civitas akademika dengan kekuasaan politik saat ini, terutama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Mahasiswa menilai bahwa kedekatan ini mengancam kemandirian kampus dan melemahkan fungsi kritis akademisi dalam mengawasi kebijakan pemerintah. Mereka melihat sikap tersebut sebagai bentuk pengkhianatan terhadap sejarah dan misi UGM sebagai kampus kerakyatan yang harus berpihak pada rakyat, bukan pada penguasa.
Isu-Isu Kontroversial yang Memperparah Krisis
Runtuhnya kredibilitas UGM tidak hanya terkait dengan pernyataan mosi tidak percaya mahasiswa, tetapi juga berakar dari berbagai persoalan yang menerpa kampus. Mulai dari isu plagiarisme, kasus pelecehan seksual oleh beberapa guru besar, hingga polemik yang menyangkut keaslian ijazah mantan Presiden Joko Widodo.
Isu-isu ini menambah persepsi bahwa UGM telah kehilangan jati diri dan daya kritisnya. Mahasiswa menilai kampus saat ini cenderung bersikap pasif dan tidak menegaskan keberpihakannya terhadap rakyat yang sedang menghadapi penindasan dan ketidakadilan. Mereka menganggap hal ini menunjukkan bahwa UGM telah berubah dari kampus kerakyatan menjadi kampus kekuasaan.
Baca Juga:
Dialog yang Tidak Membawa Solusi
Pada tanggal 21 Mei 2025, Rektor Ova Emilia melakukan diskusi dengan massa aksi dan mahasiswa yang mengadakan kemah di Balairung, gedung rektorat UGM. Dalam pertemuan tersebut, Ova menegaskan bahwa kampus tidak memiliki wewenang untuk mengeluarkan mosi tidak percaya terhadap pemerintah.
Menurutnya, forum diskusi yang diselenggarakan UGM sejatinya sudah menjadi bagian dari langkah untuk memihak rakyat. Namun, mahasiswa merasa bahwa dialog tersebut tidak memberikan solusi konkret dan lebih terlihat sebagai akrobat di panggung media yang tidak menyentuh realitas ketidakadilan yang mereka kritisi.
Tuntutan Mahasiswa Untuk Kembalikan Jati Diri UGM
BEM KM UGM menegaskan bahwa mosi tidak percaya yang mereka layangkan bukan hanya sebagai bentuk protes. Melainkan juga sebagai upaya untuk mengembalikan martabat dan integritas UGM sebagai kampus yang berdiri untuk rakyat. Mereka mendesak rektor dan pimpinan kampus untuk membuat pernyataan mosi tidak percaya resmi.
Terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran sebagai bukti nyata keberpihakan kampus pada rakyat. Dalam pandangan mereka, kampus harus kembali menghidupkan semangat kemandirian akademik. Kekritisan yang menjadi ciri khas UGM selama ini, sehingga tidak menjadi alat legitimasi kekuasaan yang merugikan masyarakat.
Pandangan Publik & Tokoh Akademisi
Situasi ini juga menarik perhatian berbagai pihak di luar kampus. Tokoh publik seperti Rocky Gerung bahkan menyoroti polemik keaslian ijazah Jokowi. Sebagai salah satu indikasi kegagalan UGM dalam memegang etika akademik dan tanggung jawab moral institusi. Menurut Rocky, UGM wajib memenuhi permintaan transparansi dan etis.
Terkait isu tersebut agar tidak terus memperburuk citra dan kepercayaan publik terhadap universitas. Kritik dari tokoh akademisi ini memperkuat argumen mahasiswa yang menilai bahwa UGM saat ini sedang berada dalam masa krisis yang membutuhkan evaluasi mendalam dan perubahan yang signifikan.
Kesimpulan
Mosi tak percaya mahasiswa UGM ini menjadi sinyal kuat tentang krisis kepercayaan yang dapat berdampak panjang pada reputasi dan fungsi kampus sebagai lembaga pendidikan tinggi. Jika masalah ini tidak segera disikapi dengan serius, ada risiko besar integritas akademik dan independensi UGM akan terus terkikis.
Pada akhirnya merugikan mahasiswa, staf pengajar, dan masyarakat luas sebagai pemangku kepentingan utama. Namun, dengan adanya desakan dari mahasiswa dan dukungan kritik publik, UGM memiliki peluang untuk melakukan evaluasi dan reformasi, mengembalikan posisinya.
Sebagai kampus yang tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga berani dan konsisten membela nilai-nilai demokrasi dan keadilan sosial. Simak dan ikuti terus informasi terlengkap tentang berita Politik Ciki yang akan kami berikan setiap harinya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari tempo.co
- Gambar Kedua dari yogyakarta.kompas.com
One thought on “Runtuhnya Kredibilitas UGM: Mosi Tak Percaya Mahasiswa Terhadap Institusi”