Gubernur Aceh Meledak, BNPB Punya Boat Tapi Tak Digunakan Saat Banjir

Gubernur Aceh Meledak, BNPB Punya Boat Tapi Tak Digunakan Saat Banjir

Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, atau Mualem, meluapkan kemarahannya terhadap BNPB karena boat penyelamat yang dimiliki tidak digunakan saat banjir melanda.

Gubernur Aceh Meledak, BNPB Punya Boat Tapi Tak Digunakan Saat Banjir

Ribuan warga terjebak dan evakuasi terhambat akibat koordinasi yang lambat dan peralatan tidak siap pakai. Mualem menekankan pentingnya kesiapsiagaan, peralatan yang berfungsi, dan respons cepat untuk menyelamatkan nyawa. Simak beragam informasi menarik lainnya yang sedang viral dan terbaru hanya ada di Politik Ciki.

Gubernur Aceh Meledak ke BNPB Punya Boat Tak Boleh Dipakai

Suasana rapat koordinasi penanganan banjir di Aceh memanas setelah Gubernur Muzakir Manaf, atau yang akrab disapa Mualem, meluapkan kekecewaannya terhadap Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dengan nada tinggi, Mualem menyoroti lemahnya respons BNPB dalam membantu evakuasi warga yang terjebak banjir.

Insiden tersebut terjadi ketika laporan banjir di sejumlah kabupaten di Aceh semakin mengkhawatirkan. Ribuan rumah terendam, akses jalan terputus, dan warga membutuhkan evakuasi segera. Namun ironisnya, peralatan yang seharusnya digunakan seperti boat karet milik BNPB tidak dioperasikan karena alasan teknis yang dinilai tidak masuk akal.

Ini keadaan darurat, bukan waktu untuk alasan tegas Gubernur. Ia menilai, setiap detik keterlambatan berarti nyawa rakyat yang dipertaruhkan. Pernyataan keras itu sontak membuat suasana rapat tegang, sementara para pejabat BNPB hanya tertunduk mendengar amarah sang gubernur yang tampaknya sudah menumpuk sejak awal bencana melanda.

Masyarakat Terisolasi, Evakuasi Terhambat

Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh menyebutkan, lebih dari 7.000 warga kini terdampak banjir di sejumlah wilayah, terutama di Aceh Tamiang, Bireuen, dan Aceh Utara. Banyak warga yang masih terjebak di atap rumah menanti pertolongan.

Situasi semakin genting karena curah hujan yang tinggi menyebabkan arus sungai deras, membuat akses darat nyaris mustahil dilalui. Beberapa warga bahkan terpaksa membuat rakit darurat dari drum dan bambu agar bisa mengevakuasi keluarga mereka. Di media sosial, beredar video warga berteriak meminta bantuan karena perahu penyelamat tak juga datang.

Kemacetan koordinasi antarinstansi pemerintah turut memperparah keadaan. Mualem mengaku kecewa karena pemerintah daerah telah berulang kali meminta tambahan armada perahu, namun permintaan itu baru dijawab dengan alasan kendaraan belum layak pakai.

Baca Juga: Banjir Rob Kandanghaur, Pemkab Indramayu Turun Tangan Salurkan Bantuan

BNPB Beri Penjelasan, Gubernur Masih Kecewa

BNPB Beri Penjelasan, Gubernur Masih Kecewa

Menanggapi kemarahan Gubernur Aceh, perwakilan BNPB yang hadir mencoba memberikan klarifikasi. Mereka menjelaskan bahwa boat karet yang disebut Mualem memang mengalami kebocoran setelah lama tidak digunakan dan masih menunggu perbaikan teknis. Kami sudah berkoordinasi dengan tim pusat untuk segera mengirim bantuan baru.

Namun penjelasan itu tidak meredakan ketegangan. Gubernur menilai, dalam kondisi bencana, alasan administratif tidak dapat diterima. Harusnya ada kesiapsiagaan. Boat itu bukan pajangan di gudang, tapi alat penyelamat nyawa!” tegasnya dengan suara meninggi.

Beberapa pihak menilai ledakan emosi Mualem itu wajar. Banyak kepala daerah merasa frustrasi karena proses birokrasi sering menghambat tindakan cepat di lapangan. Apalagi, masyarakat menuntut kehadiran pemerintah saat mereka paling membutuhkan bantuan.

Panggilan untuk Reformasi Penanganan Bencana

Kemarahan Gubernur Aceh menjadi tamparan keras bagi sistem penanggulangan bencana di Indonesia. Para pengamat menilai kejadian ini mencerminkan masalah klasik: kurangnya koordinasi, kesiapsiagaan rendah, dan lemahnya pemeliharaan peralatan penting. Sebuah catatan pahit yang terus berulang setiap kali bencana datang menerjang.

Aktivis lingkungan di Aceh menilai insiden ini seharusnya menjadi momentum untuk mengevaluasi kembali prosedur tanggap darurat. Boat bocor tidak boleh jadi alasan saat rakyat terancam tenggelam, ujar salah satu relawan. Ia menegaskan, kesiapan logistik harus menjadi prioritas utama, bukan sekadar formalitas laporan.

Di akhir rapat, Gubernur Mualem meminta semua pihak agar meninggalkan ego sektoral dan fokus menyelamatkan warga. Ia bahkan berjanji akan mengalokasikan anggaran khusus untuk pemeliharaan alat penyelamat agar kejadian seperti ini tidak terulang.

Pantau selalu keajadian terbaru dan terviral berita lainnya yang kami berikan hanya ada di Politik Ciki.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Utama dari aceh.inews.id
  2. Gambar Kedua dari kabar24.bisnis.com